Assalamu'alaikum dear iappi All...
Ane mau curhat nih...
Dulu saat ane masih belajar di Pesantren 1-2 ane sempat termakan provokasi tentang Mudirul 'Am. Sehingga penilaian ane terhadap beliau sangat miring. Sampai-sampai saat belajar pun ane ga mau digurui sama beliau. Provokasi yang dilakukan salah satu ustadz pesantren juga yang beliau lakukan di sela-sela mengajar, tidak etis ane sebutkan disini siapa ustadz tersebut.
Yang jelas itu dulu sekitar tahun 1995-an (saat ane duduk di bangku Tsanawiyyah). Kemudian saat ane balik lagi ke Pesantren ini (tahun 2001-2005) untuk kembali belajar setelah sekian lama bergelut di dunia "hitam" penilaian itu masih tetap ada.
Namun saat menginjak bangku Mu'allimien dan ane mengenalnya (mudirul 'am) lebih dekat. Ane mulai objektif dalam menilai, tidak lagi terhasut provokasi yang menggembar-gemborkan kejelekan beliau. Ternyata kelebihan beliau lebih banyak daripada kejelekan yg ane dengar. Nila setitik rusak susu sebelanga. Tapi itu tidak membuat ane menilai beliau kembali miring. Bagi ane kebaikan beliau dapat menutupi kekhilafan.
Mungkin bagi sebagian orang ketika satu kejelekan muncul menutupi 1000 kebaikan, lantas dengan tanpa tedeng aling-aling menilai jelek seluruhnya. Mudah2an kita tidak seperti itu.
Setelah ane mengenalnya lebih dekat ternyata beliau orangnya bersahaja, peduli terhadap orang yang lemah (miskin) karena beliau sendiri (menurut penilaian ana) miskin dalam hal finansial tapi kaya dalam ilmu. Beliau sangat menghargai keringat /jasa orang. Contoh konkritnya meski beliau tahu siapa ustadz yg suka mencemarkan dan menjelek2an nama dan reputasi beliau, tetap saja diberi jatah mengajar, yang seharusnya selaku mudirul 'am memiliki kuasa penuh untuk memecat ustadz tersebut, toh itu tidak beliau lakukan.
Kekurangan dalam setiap pribadi tentu ada karena manusia adalah tempatnya nisyan wal Khotho (lupa dan salah). Tapi itu tidak berarti melegitimasi kita untuk mem-blow-up kekurangannya. Sesama muslim adalah cermin untuk muslim lainnya.
Tabayun merupakan kunci kita untuk menjaga diri dari su'u dzon. Dari mana berita itu datang... Bukankah Allah Swt telah berfirman,
"In jaa`aka fasiiqun binaba`in fatabayyanuu" Bukan hanya untuk orang2 fasiq saja ane kira tapi berita dari siapapun (jika itu mengandung tuhmah terlebih fitnah) kita diharuskan tabayun, teliti, cek n' ricek. Jangan termakan mentah2.
Masih berkaitan dengan itu, pesantren 1-2 pun banyak yg menjelek2an, ntah apa motiv di balik itu semua.
Yang ane rasakan seminggu setelah PKKJ dulu, ane mendengar ada segelintir orang (tidak pantas ane menyebutkan siapa segelintir orang tersebut disini) yg menyatakan bahwa PKKJ tahun ini dinyatakan GAGAL...! Waktu itu ane selaku ketua umum PKKJ sempat kaget dan heran atas dasar apa penilaian tersebut terlontar?
Setelah ane cek-ricek penilaian masyarakat umum dan pesantren tempat dimana para santri melakukan PKKJ mereka menyatakan terbantu dan menilai baik akan santri ppi 1-2 yang PKKJ di daerah mereka. Bahkan ketika ane melihat satpel penilaian masing2 kelompok rata2 cukup baik meski tidak "cumlude"
Saat ane berkunjung ke salah satu friendster iappi ane mendapatkan coment yg cukup menyakitkan, coment salah satu iappi (yang mungkin termakan provokasi seperti ane dulu) coment tersebut menyatakan...
- Quote :
- Assalaamu;alaikum,
hehehe... ngiring nimbrung
aku baru tersadar ternyata orang PERSIS
melek juga ama FS,
commentnya dikit aja...
PPI 1&2 tidak lagi seperti dulu, sekanga jadi "tidak" berkualitas,
apakah IAPPI mau diam saja
???!!!
Salam
Apa maksudnya coment seperti itu...?
Kalo benar kita peduli akan pesantren tidak perlu coment seperti itu kita submit di khalayak umum.
Kalo benar kita peduli pada Pesantren tempat kita menimba ilmu dulu, coba kita bahu membahu memberikan suatu kontribusi yang signifikan, yang kiranya itu bermanfaat untuk Pesantren, santri dan ummat. Bukan malah berkoar menjelek-jelekkan pesantren sendiri. Naudzubillahi min dzalik.
Pesantren tidak lagi berkualitas karena orang-orang seperti itu yang bisanya cuman berkoar tentang kejelekan pesantren tanpa bisa berbuat sesuatu untuk kebaikan pesantren.
Terkadang kita terlalu subjektif dalam menilai, hanya menilai pada satu individu tanpa melihat keobjektifitannya. Atau mungkin seperti yg ane katakan di atas termakan provokasi seperti yg pernah ane rasakan dulu.
Melalui tread ini mari kita bersihkan hati dari kekotoran dan su'u dzon.
Mari kita berbuat sesuatu untuk kemaslahatan pesantren menjadikannya berkualitas bukan sekedar kuantitas.
Mari kita jauhkan buruk sangka terhadap sesama muslim. Bukankah Allah Swt telah berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Qs. AlHujurat [49]:12)
Ane husnu dzon saja, bukankah kebaikan itu bisa dinilai dengan banyaknya orang yg hasud/iri...? Seperti yg pernah Rasulullah sampaikan dalam do'anya pada bayi salah seorang sahabat yg baru lahir.
Kalo benar kita peduli terhadap pesantren, mari kita benahi dari dalam...! Bukan menjelek-jelekannya dari luar...