Kenapa Pemerintah dan Pimpinan Pusat Persatuan Islam menetapkan 'Iedul Fithri 1427 H jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober 2006 M,
Dengan alasan berdasarkan ijtimak akhir Ramadlan terjadi pada hari Ahad pukul 12.14 WIB; tinggi hilal waktu maghrib di Pelabuhan Ratu 00 24’ 56” dan di Jayapura -00 46’ 25”. Kondisi ini termasuk “Adamu Imkanir Rukyat”. Hilal sudah wujud di sebagian wilayah Indonesia dengan kondisi tidak mungkin bias dirukyat. Kondisi seperti ini dinilai “Gumma” seperti diisyaratkan dalam hadist:
عن ابن عمر ر.أن رسول الله صلعم.ذكر رمضان فضرب بيديه فقال الشهر هكذا وهكذا ثم عقد إبهمه في الثاليثة فصوموا لرؤيته واقطروا لرؤيته فإن أغمي عليكم فاقدروا له ثلاثين وفي رواية عن ابن عباس فاكملوا العدة ر.مسلم
“Dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah saw. menerangkan Ramadlan, beliau berisyarah dengan kedua tangannnya dan bersabda: “satu bulan itu sebegini,sebegini, dan sebegini, kemudian melipatkan ibu jarinya pada yang ketiga (ada 30 hari dan 29 hari); maka shaumlah kamu setelah melihat (hilal) dan ber-’Iedil fithri-lah kamu setelah melihat (hilal); dan jika terhalang atas kamu maka perkirakanlah umur bulan itu 30 hari, dalam riwayat dari Ibnu Abbas ra.:”maka sempurnakanlah bilangan (hari)”. HR Muslim
Persatuan Islam (Persis) tidak menggunakan prinsip “Wilayatul Hukmi”, “Ummul Qura” maupun “Rukyat Global” dengan dasar hadist Kuraib Riwayat Muslim 3:126;Ahmad (Al-Fathur Rabani 9:27); Abu Dawud No. 2332; An-Nasai 4:105; At-Tirmidzi No. 689; Ibnu Khuzaimah No. 1916 dan Ad-Daruquthni 2:171 yang menceritakan bahwa Khalifah Mu’awiyyah di Damaskus shaum pada hari Jum’at sementara Ibnu Abbas di Madinah shaum pada hari Sabtu. Ketika Kuraib bertanya kepada Ibnu Abbas kenapa tidak berbarengan saja dengan Mu’awiyyah, Ibnu Abbas ra menjawab: “Tidak beginilah Rasulullah saw. telah memerintahkan kepada kami”. Yang dimaksud oleh Ibnu Abbas tentu saja perintah Nabi saw. dalam hadist riwayat Muslim di atas. Padahal Damaskus dan Madinah waktu itu masih dalam satu wilayah hukum/satu kekhalifahan.
Imam Muslim menempatkan hadist Kuraib ini dalam Bab “Bayanu Anna Likulli Baladin Ru’yatuhum”. (Bab Penjelasan bahwa bagi tiap-tiap Negara sesuai dengan rukyatnya).
Sementara Pemerintah sendiri beralasan Keputusan itu diambil berdasarkan hasil pengamatan hilal dari 29 wilayah di Indonesia yang sebagian besar menyatakan hilal masih belum terlihat dan berdasarkan kesepakatan para ahli astronomi negara2 asean bahwa penanggalan tanggal satu setiap bulannya pada kalender Hijriah jika tinggi hilal mencapai di atas 2 derajat. Sementara tinggi hilal pada hari minggu di bawah 2 derajat bahkan mencapai di bawah 1 derajat.
Oleh karena itu Pemerintah jauh-jauh hari telah mencantumkan hari libur 'Iedul Fitri pada tanggal 24-25, Sedangkan Pimpinan Pusat Persatuan Islam telah mengintruksikan seluruh Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang Persatuan Islam dan Bagian Otonomnya agar melaksanakan ‘Iedul Fithri 1427 H pada hari Selasa, 24 Oktober 2006
dengan tetap menghormati mereka yang ber-‘Iedul Fithri pada hari Senin 23 Oktober 2006.
Sumber:
1.
http://rukyatulhilal.tripod.com/syawal1427.html (Klik alamat site ini dan perhatikan warna
merah pada hari minggu dan
hijau pada hari senin)
2.
http://www.metrotvnews.com/ Untuk real player ---> javascript:openpop('AKTUAL','26673')
3.
www.persis.or.id -
http://www.persis.or.id/site/index.php?option=com_content&task=view&id=28
